Kamis, 14 April 2016

YAYASAN PENDIDIKAN BANGSA

                      YAYASAN PENDIDIKAN BANGSA
                                       SMK TEKNOLOGI INFORMASI INDRAMAYU
                                                         Jalan Pantura No.15 Indramayu Jawa Barat

Nomor       : 034/SMK-TI/VII/2012
Lampiran  : 1 lembar
Perihal       : Perberitahuan Study Banding
                      Kepada Yth
                     Bapak/Ibu Orangtua /Wali siswa
                     Di
                     Tempat
                     Assalamu alaikum Wr Wb
                     Sehubung dengan akan diadakannya Study Banding ke Gedung Puspa IPTEK Bandung yang                                       
                    akan dilaksanakan pada :
                     Hari : Minggu
                     Tanggal : 22 April 2012
                     Tempat Berangkat : Halaman Sekolah
                     Waktu Berangkat : pkl 06.00 WIB
                     Tiba lagi di sekolah : pkl 10.00 WIB
                     Biaya : Rp.200.000
                     Mengingat pentingnya acara tersebut,maka dengan ini kami mengharapkan kepada para                                 
                     orang tua untuk mengikutsertakan putra/putrid ibu dalam acara tersebut diatas.
                     Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami haturkan terima
                    Kasih.
                                                                                                                Indramayu, 12 April 2012        
                                                                                                                Kepala Sekolah
                                                                                                                                         

                                                                                                                Drs. SUGENG PAGESTU, MM

Selasa, 12 April 2016

Upacara Kematian Dan Kelahirat Bartak

Upacara Kematian Dan Kelahirat Bartak

A. Upacara Kelahiran


1. Upacara adat Mangirdak atau Mangganje atau Mambosuri boru (adat tujuh bulanan) 


Upacara adat Mangirdak adalah upacara yang diterima oleh seorang ibu yang usia kandungannya tujuh bulan. Dalam suku batak apabila seorang putra batak menikah dengan dengan seorang perempuan baik dari suku yang sama maupun yang beda, ada beberapa aturan atau kebiasaan yang harus dilaksanakan. Sebagai contoh, seorang putra batak yang bermarga Pardede menikah maka sudah merupakan kebiasaan jika orangtua dari istri disertai rombongan dari kaum kerabat datang menjenguk putrinya dengan membawa makanan ala kadarnya ketika menjelang kelahiran, hal kunjungan ini disebut dengan istilah Mangirdak (membangkitkan semangat). Makna spiritualitas yang terkandung adalah kewibawaan dari seorang anak laki-laki dan menunjukkan perhatian dari orangtua si perempuan dalam memberikan semangat.


2. Pemberian Ulos Tondi


Ada juga kerabat yang datang itu dengan melilitkan selembar ulos yang dinamakan ulos tondi (ulos yang menguatkan jiwa ke tubuh si putri dan suaminya). Pemberian ulos ini dilakukan setelah acara makan. Makna spiritualitas yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian ulos ini dapat memberikan ataupun menguatkan jiwa kepada suami istri yang baru saja mempunyai kebahagiaan dengan adanya kelahiran.

3. Martutu Aek 


Pada hari ketujuh setelah bayi lahir, bayi tersebut dibawa ke pancur dan dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang dikenal dengan pesta Martutu Aek yang dipimpin oleh pimpinan agama saat itu yaitu Ulu Punguan. Hal ini telah ditentukan oleh sibaso tersebut dan dilakukan pada waktu pagi-pagi waktu matahari terbit kemudian sang ibu menggendong anaknya yang pergi bersama-sama dengan rombongan para kerabatnya menuju ke suatu mata air dekat kampung mereka. Setelah sampai disana, bayi dibaringkan dalam keadaan telanjang dengan alaskan kain ulos. Kemudian sibaso menceduk air lalu menuangkannya ke tubuh si anak, yang terkejut karenanya dan menjerit tiba-tiba. Melalui ritus ini, keluarga menyampaikan persembahan kepada dewa-dewa terutama dewi air Boru Saniang Naga yang merupakan representasi kuasa Mulajadi Nabolon dan roh-roh leluhur untuk menyucikan si bayi dan menjauhkannya dari kuasa-kuasa jahat sekaligus meminta agar semakin banyak bayi yang dilahirkan (gabe). Upacara martutu aek biasanya dilanjutkan dengan membawa si bayi ke pekan (maronan, mebang). Kita tahu pada zaman dahulu pekan atau pasar (onan) terjadi satu kali seminggu. Onan adalah simbol pusat kehidupan dan keramaian sekaligus simbol kedamaian. Orangtua si bayi akan membawa bayi ke tempat itu dan sengaja membeli lepat (lapet) atau pisang di pasar dan membagi-bagikan kepada orang yang dikenalnya sebagai tanda syukur dan sukacitanya. Pada acara marhata sesudah makan, maka diumumkan lah nama si bayi. Bila anak yang lahir ini adalah anak pertama maka sudah biasa bila ada pemberian sawah oleh orangtua serta mertua untuk modal kerja . Namun pada saat pemberian nama pada waktu itu, peran dari sibaso sangat besar karena keluarga meminta rekomendasi sibaso untuk sebuah nama, jika sibaso tidak menyetujui nama yang dianggapnya tidak baik maka orangtua dari si bayi pun akan mengganti nama itu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah memberikan kekuatan kepada tubuh si anak yang lahir dimana dengan adanya persembahan-persembahan kepada dewi air Boru saniang naga sehingga si anak kelak mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit.


4. Upacara adat Mangharoan

Upacara adat mangharoan (dibaca:Makkaroan) adalah upacara adat yang dilaksanakan setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi tersebut dalam keluarga tersebut. Ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu yang dikenal dengan istilah mengharoani (menyambut tibanya sang anak). Ada juga yang menyebutnya dengan istilah mamboan aek si unte karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan memperlancar air susu sang ibu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah yaitu menunjukkan kedekatan dari hula-hula terhadap si anak yang baru lahir dan juga terhadap si ibu maupun ayah dari si anak itu.

5. Upacara adat Marhajabuan

Upacara adat marhajabuan adalah upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, marhajabuan(berumah-tangga) artinya setiap masyarakat batak yang akan berumah tangga atau menikah harus melalui sebuah pesta adat tidak boleh hanya dibaptis di gereja atau hanya sekedar akad nikah. Acara ini akan dihadiri oleh seluruh sanak keluarga dari pihak pria maupun wanita dan diadakan pemberian ulos kepada pasangan yang menikah. sudah tidak dilakukan lagi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaranagama

B. Upacara Kematian

Ada banyak jenis kematian pada adat suku Batak, diantaranya adalah :

1. Sari Matua adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).

2. Saur Matua adalah istilah dimana seseorang yang ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”. Tetapi sebagai umat beragama, hagabeon seperti diuraikan diatas, belum tentu dimiliki seseorang. Artinya seseorang juga berstatus saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki atau hanya perempuan, namun sudah semuanya hot ripe dan punya cucu

3. Mauli Bulung adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namar-nini, sahat tu namar-nono dan kemungkinan ke marondok-ondok (Seseorang yang beranak pinak, bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut). yang selama hayatnya, tak seorangpun dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi). Dapat diprediksi, umur yang Mauli Bulung sudah sangat panjang, barangkali 90 tahun keatas, ditinjau dari segi generasi. Mereka yang memperoleh predikat mauli bulung sekarang ini sangat langka.

4. Martilaha (anak yang belum berumah tangga meninggal dunia) 

5. Mate Mangkar (yang meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan)

6. Matipul Ulu (suami atau isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil-kecil)

7. Matompas Tataring (isteri meninggal lebih dahulu juga meninggalkan anak yang masih kecil).

Upacara dan Tradisi Unik di Bali

Upacara dan Tradisi Unik di Bali

Bali terkenal dengan begitu banyak ragam budaya dan tradisinya. Memiliki banyak berbagai warisan budaya leluhur yang tertanam dan melekat erat di masyarakatnya, begitu juga dengan tradisinya yang unik. Budaya dan tradisi yang berasal dari berbagai daerah di Bali dengan ciri khas tersendiri. Budaya dan tradisi yang unik inilah yang membuat Bali menarik para kaum wisatawan untuk datang ke Bali baik domestik maupun mancanegara. Beberapa tradisi unik di Bali  adalah sebagai berikut :
TRADISI-BALI-for-BLOG
1. Ngaben
Ngaben merupakan salah satu upacara umat Hindu, rangkaian upacara Ngaben salah satunya adalah prosesi pembakaran mayat yang bertujuan menyucikan roh leluhur orang yang sudah meninggal. Tradisi ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat Bali.
2. Mekare-kare (Perang Pandan)
Merupakan salah satu tradisi unik di Bali yang berada di desa Tenganan, Karangasem dan diadakan tiap tahun di Bulan Juni. Adalah upacara persembahan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang bagi umat Hindu dan para leluhur. Desa Tanganan sendiri termasuk desa tua di Bali, disebut desa Bali Aga atau Bali Asli.
3. Mesangih/Metatah/Mepandes
Upacara potong gigi atau dalam bahasa Bali adalah Mesangih, Metatah, Mepandes merupakan upacara keagamaan Hindu-Bali. Upacara ini termasuk dalam upacara Manusa yadnya. Merupakan ritual mengikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring dan bertujuan mengurangi sifat buruk manusia (peserta mesangih).
4. Omed-omedan
Tradisi Omed-omedan hanya bisa ditemui di banjar Kaja, Sesetan Denpasar. Omed-omedan dalam bahasa Indonesia berarti tarik menarik. Merupakan tradisi yang ada turun temurun sejak jaman sebelum penjajahan Belanda dan diikuti oleh teruna teruni/muda mudi atau orang tua yang belum menikah. Diadakan rutin setiap tahun pada tanggal 1 Caka atau satu hari setelah perayaan Nyepi.
5. Mesuryak
Merupakan salah satu tradisi unik di banjar Bongan, Bali. Mesuryak merupakan tradisi melempar uang ke atas yang digelar pada hari raya Kuningan atau 10 hari setelah Galungan. Tujuannya adalah memberi persembahan atau bekal kepada leluhurnya yang turun pada hari raya Galungan dan kembali ke Nirwana pada hari raya Kuningan.
6. Megibung
Tradisi makan bersama dalam satu wadah, merupakan tradisi yang dimiliki oleh warga Karangasem, ujung timur pulau Dewata Bali. Tradisi megibung kerap kali dapat dijumpai pada upacara-upacara keagamaan dan adat di Karangasem.
7. Ngurek
Bisa dibilang upacara Ngurek ini merupakan tradisi yang paling ekstrim yang ada di Bali. Tradisi ini merupakan wujud bakti seseorang yang kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
8. Melasti
Merupakan salah satu rangkaian upacara sebelum hari raya Nyepi, tepatnya dilakukan 3 hari sebelum hari raya Nyepi. Makna dari upacara ini adalah proses pembersihan diri manusia, alam, dan benda-benda yang dianggap sakral dengan cara dihanyutkan agar segala kotoran tersebut hilang dan suci kembali. Selain itu, upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.

KEBUDAYAAN BETAWI

KEBUDAYAAN BETAWI

Adat kebiasaan adalah tingkah laku tradisional yang dipelajari dari ucapan lisan orang tua kepada anaknya atau dengan jalan peniruan, yang lama-lama melembaga dalam kehidupan sosial. Bila adat kebiasaan itu disertai dengan selamatan maka ia menjadi upacara. Dalam hidup orang Betawi terdapat upacara-upacara adat baik yang sakral maupun yang tidak. Upacara-upacara itu merupakan fase-fase atau fragmen­ fragmen kecil yang sudah mendarah daging sehingga akan terasa ganjil jika orang Betawi tidak melaksanakannya dalam perjalanan hidupnya. Dikalangan orang Betawi adat kebiasaan dan upacaranya merupakan ciri penanda yang khas, berbeda dengan yang terdapat pada suku bangsa lain.
Berikut beberapa adat kebiasaan Betawi ataupun upacara lingkaran hidup individu:
1. Mapas
Upacara yang dilakukan apabila ada seorang ibu yang baru melahirkan. Pada upacara ini, si ibu yang baru melahirkan diharuskan memakan “sayur papasan” yang isinya terdiri dari berbagai macam sayur mayur agar si ibu tetap sehat, demikianjuga bayi yang baru dilahirkannya.
2. Puput Puser
Atau “puputan” adalah suatu upacara yang dilakukan apabila tali pusat bayi sudah lepas (puput). Orang Betawi mengadakan selamatan ala kadamya.
3. Aqiqaha
Upacara selametan untuk anak yang baru dilahirkan dengan memotong kambing, laki-laki 2 ekor kambing, perempuan 1 ekor kambing. Seperti yang diajarkanjuga dalam agama Islam. Serta Suatu upacara bagi anak bayi berusia 40 hari, yaitu upacara menyukur rambut bayi.
4. Nginjek Tanah
Biasanya diadakan upacara ini apabila seorang bayi telah mencapai umur delapan bulan, diadakan selamatan ala kadamya dengan membuat sedekahan berupa nasi dengan lauk-pauknya serta kue-kue, roti, pisang, dan sebagainya.
5. Upacara Sunatan
Di masyarakat Betawi, sunat diartikan sebagai pembeda. Maksudnya, pembeda usia antara anak-anak dengan seseorang yang sudah akil balig. Orangtuanya berembuk atau berdiskusi dan bermusyawarah dengan tetua atau sesepuh kampung untuk melaksanakan upacara sunat.
6. Tamatan Qur’an
Khatam Qur’an Khatam Qur’an di Betawi sering disebut Tamatan Qur’an. Upacara ini sangat penting bagi orang Betawi karena ini sebagai pertanda bahwa seseorang yang sudah melaksanakan upacara Tamatan Qur’an dianggap telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama Islam.
7. Upacara Nujuh Bulanan
Upacara yang berkaitan dengan masa kehamilan 7 bulan. Nujuh diambil dari jumlah hari yang berjumlah 7 hari. Bilangan tujuh dipakai sebagai patokan pada upacara nujuh bulan. Maksud upacara untuk mendapatkan rasa aman dengan membaca Al-Quran surah Yunus dan Maryam. Agar anaknya jika perpempuan akan secantik Maryam dan Nabi Yunus as. Tuhan, memohon keberkahan dan perlindungan pada-Nya agar anak yang akan dilahirkan kelak bisa lahir dengan selamat, menjadi anak yang sholeh , berbudi luhur dan patuh kepada kedua orang tuanya.
8. Upacara Pernikahan
Upacara adat perkawinan Betawi dilakukan melalui beberapa tingkatan upacara yang berhubungan atau berkaitan satu sama lainnya. Diantaranya :
– Ngedelengin
-Ngelamar
– Bawa Tande Putus
-AkadNikah
– Kebesaran
-Negor
– Pulang Tige Ari
9. Bakal
Adat kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang Betawi dahulu dengan maksud untuk menyambut kedatangan calon pengantin laki-laki yang akan mengunjungi rumah caJon mertuanya untuk bersalaman pada waktu Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.
10. Bikin dan Pinde Rume
Dilakukan saat orang Betawi akan melakukan pembangunan rumah. Dan pindah ke rumah yang baru.
11. Nazar
Masyarakat Betawi pinggir menyebutnya “ngucap” dan “kaulan”. Merupakan semajam janji yang diniatkan dalam hati dan diucapkan dengan tegas serta dapat didengar oleh orang disekitamya. Nazar itu harus dilaksanakan sesuai janji manakala tidak dilaksanakan akan berakibat buruk bagi si nazar.
12. Lebaran
Bagi orang Betawi, lebaran adalah salah satu puncak kegembiraan setelah menjalankan masa bakti dan ketakwaan. Untuk sampai pada tahap lebaran beberapa tahap lagi yang harus dilalui dengan baik dan benar. Orang Betawi mengenal paling sedikit tiga rnacam lebaran, yaitu lebaran Idul Fitri, Lebaran Haji, dan Lebaran Anak Yatim.
13. Upacara Kematian atau Haul
Atau tahlilan, diselenggarakan oleh para anggota keluarga apabila ada kematian. Mengadakan selamatan atau sedekahan, selamatan semacam ini juga diadakan pada waktu yang meninggal telah mencapai 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari dari saat meninggalnya.
14. Ngelawat atau Nyelawat
Pergi berkunjung ke rumah tetangga, sanak-keluarga ataupun orang lain yang sedang ditimpa kemalangan, misalnya apabila ada kematian.
PERNIKAHAN
Saya akan menceritakan sedikit mengenai kebudayaan saya. Betawi itu memang kebudayaan yang tiada habisnya untuk diceritakan. Salah satunya perkawinan yang dilakukan oleh saudara saya.
Perkawinan yang dilakukan oleh warga betawi memang sungguh unik mulai dari lamaran hingga perkawinan. Saudara saya melangsungkan perkawian dengan adat betawi.
Tradisi keluarga saya sebelum melangsungkan perkawinan terlebih dahulu diadakan Maulid pada malam hari. Dan melaksanakan akad nikah pada malam hari setelah melakukan Maulid. Tetapi sebelum Maulid calon mempelai lelaki terlebih dahulu diarak atau diangkat dengan menggunakan bangsu yang telah dihias. Calon mempelai laki-laki diarak dari rumahnya hingga sampai rumah calon mempelai wanita.
215789_2329922225139_823671127_n
sumber:
foto pribadi
Jakarta, 5 Februari 2010
Dengan diiringi puluhan petasan acara pun semakin meriah dan ditambah dengan hadroh dan lantunan sholawat. Membuat suasana menjadi meriah sehingga jalan menjadi milik kami. Tidak lupa pula diiringi oleh pemain hadroh yang begitu bagusnya.
Setelah sampai calon mempelai pria didampingin oleh ayah atau pun sanak kelarga menuju tempat akad nikah tetapi sebelumnya diadakan Maulid dan itu memang sudah kewajiban keluarga untuk melaksanakannya. Sanak saudara yang hadir dan ikut mengarak membawa seserahan yang berupa pakaian,buah,kue, alat yang dibawakan untuk calon istri dan tentunya kue buaya yang menjadi teradisi orang Betawi.
Setelah acara Maulid seselai barulah dilaksanakan akad nikah yang dilaksanakan oleh calon mempelai pria dan orang tua calon mempelai wanita. Apabila tidak terdapat ayah calon wanita dapat digantian oleh kakak atau pun adik bahkan wali sang calon mempelai wanita. Setelah akad nikah berlangsung barulah sang calon istri keluar untuk dipertemukan dengan suaminya. Dari situ sang suami bersalaman dengan ibu dan saudra dari sang istri. Begitu meriah dan lancar acara yang berlangsung dalam keluarga saya.
Dengan perasaan senang saudara saya pun telah resmi menjadi suami istri. Kami pun sebagai saudara ikut senang dengan suasana ini. Kami simpan kejdian ini dengan menggunakan kamera yang ada.
Mempelai wanita bernama Popi Chofifah dan mempelai pria bernama Saiful Akmal. Begitu banyak seserahan yang dibawa mempelai pria kepada mempelai wanita. Mempelai pria berasal dari Depok,Jawa Barat.sanaksaudara pun ikut membantu dalam memperlancar acara ini.
Kakak dari Popi ini yang bernama Syibli menjadi wali nya dikarenakan orang tua mereka yang bernama H.Umar Abdul majid telah meninggal. Sehingga digantikan oleh adik lelakinya unutk menjadi wali. Semua pun berjalan dengan lancar sera hikmat. Semua yang melihat serta mendengarkan ikut larut dalam proses akad nikah.
180222_1284473849583_3362897_n
foto pribadi
Jakarta 5 Februari 2010
Esok paginya pun acara untuk resepsi pernikahan. Orang-orang pun sibuk mempersiapkan untuk acara resepsi tersebut. Saya pun ikut partisipasi dalam acara tersebut. Saya menggunakan seragam yang sama untuk memeriahkan acar tersebut.
Pagi hari besan calon pria datang dan layaknya seperti acara lain dipimpin oleh seorang MC agar lancarnya acara. Sebelum acara inti tentunya pengajian dan Malid pun diadakan. Maulid inilah yang membedakan kebudayaan Betawi dengan yang lainnya. Sungguh meriah acara tersebut banyak para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. Acara pun berlangsung meriah dari pagi hingga malam. Begitu banyak makanan dan prasmanan yang telah disediakan oleh kedua mempelai untuk tamu.
168704_1284482129790_5807894_n
sumber:
foto pribadi
Jakarta 6 Februari 2010
Tiada henti-hentinya para tamu datang untuk memberikan selamat dan mengucapkan “semoga menjadi keluarga yang Sakinah Mawwadah Warohmah”. Saat malam hari tentunya telah disediakan penghibur seperti Gambus. Gambua adalah musik yang berasal dari Timur Tengah. Musik Gambus sudah menjadi teradisi kami saat acara pernikahan mapun acara sunatan.
Gambus itu adalah musik yang beriramakan dan menggunakan bahasa Arab. Sungguh enak musik tersebut bila didengarkan. Gambus termasuk salah satnya yang ditunggu-tunggu oleh para tamu undangan. Musik Gambus dimainkan oleh orang yang benar-benar ahli dalam musik tersebut.
KHITANAN
Sunat alias khitan secara harfiah berarti sama dengan sunnah dalam bahasa Arab. Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kemaluan anak laki-laki dalam ukuran tertentu. Menurut ajaran agama Islam, hila anak lelaki memasuki akil balig ia harus segera dikhitan atau disunat. Jika anak lelaki sudah akil balig belum disunat, maka shalatnya tidak sah. Jika anak kecil yang belum masuk akil balig sudah rajin melaksanakan shalat lima waktu, maka orang Betawi menyebutnya anak baru belajar atau latihan membiasakan taat beribadah. Jika anak-anak yang belum sunat, biasanya dia dilarang shalat berjamaah berada di barisan paling depan. Itu hanya kebiasaan saja, bukan merupakan suatu larangan formal.
Dengan kata lain sunat dalam pandangan masyarakat Betawi dapat pula diartikan sebagai pembeda, yaitu pembeda antara anak-anak dengan seseorang yang sudah akil baligh. Seorang anak yang sudah disunat, dianggap sudah menjadi manusia sempurna, dalam arti dia sudah mempunyai kewajiban sebagai maua manusia dewasa. Ia wajib melakukan ibadah, ia wajib memahami peraturan-peraturan yang berlaku, dan seterusnya.
Prosesi upacara penganten sunat Betawi terbagi dua yaitu :
A. Sebelum Sunat
1. Rembukan
(kedua orang tua, sesepuh kampung dan anak yang mau disunat). Dalam rembukan yang dibicarakan antara lain :
• Kepada si anak ditanyakan apakah ia sudah bersedia atau sudah berani untuk disunat. Ini perlu sekali ditanyakan sebab jika si anak belum mau atau belum berani, dengan sendirinya tidak akan terlaksana karena dihawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Atau sering juga si anaklah yang sudah ingin sunat, lantaran ia diolok-olok temannya atau karena soal lain. Kepadanya ditanyakan pula apakah ingin diarak herkeliling kampung atau tidak. Kalau ingin diarak, apakah ia ingin diarak dengan diusung tandu, atau dengan menaiki kuda. Ia juga ditanyakan apakah ingin ada hiburan dan apa hiburan yang dipilihnya. Ia bebas memilih jenis hiburan apa saja yang disukainya.
• Mencari atau menentukan “Bengkong” atau dukun sunat yang akan dipanggil. Sebab setiap Bengkong punya kekhasan sendiri­ sendiri. Biasanya Bengkong yang sudah senior (pengalaman dan doa-doanya) akan lebih diutamakan. Jika menurut sejarahnya, Bengkong yang baik itu punya ajian atau doa-doa mustajab yang dapat menghipnotis si anak agar tidak merasa takut, ataupun merasa sakit. Dahulu dokter sangatlah jarang, hanya ada di kota. Sedangkan di kampung-kampung hanya ada Bengkong atau dukun sunat Namun sekarang Bengkong sudahjarang. Menentukan kapan (hari, tanggal) pelaksanaan sunat. Pada umunmya orang Betawi melaksanakan sunatan pada bulan Maulid atau bulan Syawal (setelah Lebaran). Sekarang biasanya setelah kenaikan kelas, dan saat liburan sekolah.
2. Ngundang Tamu.
Biasanya orang Betawi mengundang tamu dengan cara “Jotan”, yaitu mengantarkan nasi lengkap dengan !auk pauk seperti ikan, semur telor dan ayam bekakak kepada sesepuh kampung, tokoh masyarakat, saudara tua dan kaum kerabat. Pihak yang diundang dengan cara jotan ini berarti mendapat amanat untuk meneruskan undangan ke saudara dan tetangga lain.
3. 2 hari sebelum Khitanan.
Biasanya sanak kerabat berkumpul untuk merangkai janur dengan iringan shalawat/marawis.
4. Sehari sebelum hari H (hari pelaksanaan)
Si anak dirias dengan rias dan pakaian kebesaran sunat Betawi, yaitu pakaian pengantin sunat (jenisnya sama dengan jenis baju penganten cara haji), sehingga dinamakan pengantin sunat. Pagi-pagi sekitar jam 8 si anak mulai diarak mengelilingi kampung. Tujuannya untuk memberi hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman sunat.
Pada event ini pelengkap dan pendukung acaranya antara lain :
a Pakaian penganten sunat lengkap. Lengkapnya pakian pengantin sunat Betawi ini sebagai berikut :
1. Jubah, atau jube, yaitu pakaian luar yang longgar dan beserta terbuka pada bagian tengah depan dari Ieber sampai ke bawah, dengan kepanjangan yang kira-kira tiga jari dari pakaian dalarnnya atau boleh juga sama panjangnya dengan pakian dalamnya.
2. Gamis, yaitu pakaian dalam berwarna muda, dan lembut yang tidak terlalu kontras dengen warna jubalmya. Gamis ini tidak dihias alias polos.
3. Selempang. Dikenakan sebagai tanda kebesaran. Namun demikian pakaian selempang ini dipakai dibagian dalam jubab. Lebarnya kira-kira 15 em. Cara memakainya diselempangkan pada pundak kiri menuju pinggang kanan.
4. Alpie, yaitu tutup kepala khas sorban haji yang tingginya disesuaikan dengan yang memakainya, dililit sorban putih atau emas. Hiasan alpie adalab melati tige untai/ronce, yang bagian atasnya diselipkan bunga mawar merab dan ujungnya ditutup dengen bunga cempaka.
5. Alas kaki, berupa sepatu tutup alias vantopel atau banyakjuga yang menggunakan trompab berbiaskan mote.
b.Pembaca shalawat dustur
c.Grup rebana ketirnpring sebagai tukang ngarak dan membaca shalawat hadar.
Sesudalmya si pengantin sunat dirias dengan pakaian pengantin sunat, di depan pintu rumab dibacakan shalawat dustur. Kemudian si pengantin sunatpun diarak dengan rebana ketirnpring dan shalawat hadar menuju kuda. Kuda ini pun dirias sedemikian rupa antara lain dengan bunga-bunga. Biasanya si anak akan didampingi ternan-ternan bermainnya yang sebaya. Si penganten sunat menaiki kuda dan teman­ temannya mengiringinya dengan naik dehnan. Berjalan di barisan paling depan adalab grup ondel-ondel yang menari-nari dengan lincalmya. Rombongan keliling kampung. Terns berkeliling kampung sejauh yang dapat dilewatinya. Temannya bisa naik kuda atau dehnan, jika disediakan. Rebana ketirnpring pun mengikuti. Di barisan paling belakang ada rombongan tetangga, dan orang-orang kampung yang meramaikan.
B. Hari Pelaksanaan Sunat
1 Pagi hari setelab shubuh anak di suruh berendam di kali, kolam atau bak mandi. Tujuannya sebagai pengganti bius dan agar kebal dari sakit.
2 Setelab 1-2 jam berendam. Anak dipersiapkan untuk di sunat.Bengkong atau dukun sunat pun datang. Si anak dengan memakai baju sadariab berserebet kain sarung sudab siap duduk di bangku. Sambuk kelapa untuk meuaban sarung menempel ke penis yang disunat sudah disiapkan.
3 Pada saat anak akan disunat, orang tua biasanya datang untuk bertanya tentang keinginan anak. Si penganten sunat akan rnerninta sesuatu barang yang disukainya Kernudian di sisi si anak disajikanldisiapkan rneja yang di atasnya sudah ditata bekakak ayam lengkap dengan nasi kuning dan buah-buahan. Bekakak ayam adalah ayam panggang yang tidak dipotong-potong dan nanti setelah sunat akan dimakan bersama ternan-ternan sebayanya yang datang saat sunat
4 Bengkong dengan peralatan sunatnya (pisau sunat, dua batang bambu ukuran sumpit yang disebut bebango atau bango-bango). Bengkong yang banda! dan bijaksana biasanya sangat humoris dan rnengerti psikologi si anak. Anak yang ketakutan akan dihibur dengan kata-kata lucu atau dengan rnendendangkan nyanyian shalawat. Bisa juga di antara keduanya teJjadi dialog rnernbicarakan hal-hal yang disenangi si anak. sehingga si anak tidak rnenyadari kalo proses sunatannya sudah selesai. Selesai di sunat, Bengkong akan rnenaburi obat antibiotik yang dibuat dari bahan-bahan alami yang dibuat dari kerikan batok kelapa, lugut kulit pelepah kelapa rnuda, atau sarang galanggasi. Masa kini rnungkin orang akan berfikir dua kali untuk rnernakai anti biotik semacam ini, sebab terlihat sangat tidak higienies.
5 Bagi orang Betawi ada beberapa pantangan bagi anak yang habis di sunat yaitu : tidak boleh makan ikan asin atau rnakanan yang terbuat dari udang. Selain itu tidak boleh rnelangkahi tai ayam. Entah apa hubungannya antara rnelangkahi tai ayam dengan sunat. Yang jelas anak-anak yang sunat tidak berani rnelangkahi tai ayam.
6 Bersamaan dengan pelaksaan sunat, terkadang juga dilaksanakan pulakegiatan rnernotong ayam jago dan “rnasang petasan”. Hal ini dimaksudkan untuk rnernecah konsentrasi anak-anak sebaya yang belum disunat. Anak yang disunat biasanya rnenangis dengan suara yang cukup keras karena rnanahan sakit dan untuk rnernbuat suara tangisan itu tidak terlalu didengar oleh anak-anak, rnaka suara ayarn yang dipotong dan bunyi petasan akan rnengimbangi suara tangisan. Dengan begitu anak-anak yang datang rnenonton dan belum disunat tidak akan takut jika nanti dia pun akan sunat. Selain itu suara petasan itu maksudnya sebagai kabar kepada tetangga bahwa pelaksanaan sunat sudah selesai.
7 Selesai di sunat, si anak akan rnemperoleh hadiah dari kakek, nenek, encang, encing, famili lain dan para tetangganya.. Setelah itu dilaksanakan selametan atau tahlilan termasuk rnuludan. Mernang sudah rnenjadi tradisi orang Betawi bahwa setiap rnelaksanakan kegiatan, rnernbaca rnaulid Nabi Muhammad SAW selalu disertakan bahkan pada waktu tahlilan kernatian sekalipun.
8 Hidangan utarna khitanan biasanya nasi kuning. Nasi kuning Betawi terbuat dari beras ketan dan !auk pauknya berupa sernur daging, acar kuning, serondeng, bawang goreng, dan ernping rnelinjo.
9 Selepas shalat zuhur undangan resepsi rnulai berdatangan

UPACARA KHAS SUKU JAWA

UPACARA KHAS SUKU JAWA


  • Kematian Mendhak
Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional Mendhak adalah sebagai berikut: tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.

Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian.
Menurut kepercayaan Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya. Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi tersebut, arwah harus melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah.
  • Kematian surtanah
Tradisi kematian dalam adat Jawa salah sataunya adalah Upacara Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati mendapat tempat yang layak di sisi Sang Maujud Agung.
Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang raja. – Golongan rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang bedah bumi.
Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.
  • Upacara nyewu dina
Inti dari upacara ini memohon pengampunan kepada Tuhan. Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: takir pentang yang berisi lauk, nasi asahan, ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, dara/merpati, bebek/itik, dan pelepasan burung merpati. – Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong serta kemenyan.
Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga dan relasi.
  • Upacara Brobosan
Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.
UPACARA ADAT KELAHIRAN SUKU JAWA
Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.
Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
– Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
– Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.
UPACARA PERNIKAHAN SUKU JAWA
Pesta pernikah adat Jawa mempunya beraneka ragam tradisi. Pemaes, dukun pengantin perempuan di mana menjadi pemimpin dari acara pernikahan, itu sangat penting. Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya dia juga menyewakan pakaian pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta pernikahan.
Banyak yang harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan. Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai. Besarnya panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya tamu yang di undang (300, 500, 1000 atau lebih). Sesungguhnya upacara pernikahan itu merupakan pertunjukan besar.
Panitia mengurus seluruh persiapan perkawinan: protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi dari ruangan resepsi, pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka, transportasi, komunikasi dan keamanan. Persiapan yang paling penting adalah Ijab (catatan agama dan catatan sipil), dimana tercatat sebagai pasangan suami istri.
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari berbeda Tuwuhan(tanaman dan daun).
  • Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak berarti: Suami akan menjadi pemimpin yang baik di keluarga. Pohon pisang sangat mudah tumbuh dimana saja. Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja.
  • Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk bantuan nikah.
  • Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.
  • Bentuk daun seperti beringinmojo-koroalang-alangdadap srep berarti: Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga.
bekletepe di atas pintu gerbang berarti menjauhkan dari gangguan roh jahat dan menunjukan di rumah mana pesta itu diadakan.
Kembar Mayang adalah karangan dari bermacam daun (sebagian besar daun kelapa di dalam batang pohon pisang). Itu dekorasi sanggat indah dan menpunya arti yang luas.
  • Itu menpunyai bentuk seperti gunung: Gunung itu tinggi dan besar, berarti laki-laki harus punya banyak pengetahuan, pengalaman dan kesabaran.
  • Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.
  • Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik.
  • Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya.
  • Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
  • Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.
  • Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
  • Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan.
  • Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.
  • Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan untuk melindungi gangguan setan.
  • Bunga Patra Manggala: Itu digunakan untuk memperindah karangan.
Sebelum memasang Tarub dan Bekletepe harus membuat sepesial Sajen.
Tradisionil Sajen (persembahan) dalam pesta adat Jawa itu sangat penting. Itu adalah simbol yang sangat berarti, di mana Tuhan Pencipta melidungi kami. Sajen berarti untuk mendoakan leluhur dan untuk melindungi dari gangguan roh jahat. Sajen diletakan di semua tempat di mana pesta itu diadakan, diantaranya di kamar mandi, di dapur, di bawah pintu gerbang, di bawah dekorasi Tarub, di jalan dekat rumah, dan lain-lain.
Siraman sajen terdiri dari:
  • Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan.
  • Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan.
  • Makanan: ayam, daging, tahu, telur.
  • Tujuh macam bubur.
  • Pisang raja dan buah lainnya.
  • Kelapa muda.
  • Kue manis, lemper, cendol.
  • Teh dan kopi pahit.
  • Rokok dan kretek.
  • Lantera.
  • Bunga Telon (kenanga, melati, magnolia) dengan air Suci.
Siraman: Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum Ijab dan Panggih. Siraman di adakan di rumah orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman. Sekarang lebih banyak diadakan di taman. Daftar nama dari orang yang melakukan Siraman itu sangat penting. Tidak hanya orangtua, tetapi juga keluarga dekat dan orang yang dituakan. Mereka menyeleksi orang yang bermoral baik. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka memberi nama PITULUNGAN (berarti menolong).
Apa saja yang harus dipersiapkan:
  • Baskom untuk air, biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu. Air dari sumur atau mata air.
  • Bunga Setaman – mawar, melati, magnolia dan kenanga – di campur dengan air.
  • Aroma – lima warna – berfungsi seperti sabun.
  • Tradisionil shampoo dan conditioner (abu dari merang, santan, air asam Jawa).
  • gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama.
  • Kursi kecil, ditutup dengan:
  • Tikar – kain putih – beberapa macam daun – dlingo benglé (tanaman untuk obat-obatan) – bango tulak (kain dengan 4 macam motif) – lurik (motif garis dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu).
  • Memakai kain putih selama Siraman.
  • Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari.
  • Handuk.
  • Kendi.
Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa air-bunga ke keluarga dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari kehidupan. Air ini diletakan di rumah pengantin laki-laki.
Pelaksanaan dari SIRAMAN:
Pengantin perempuan/laki-laki datang dari kamarnya dan bergabung dengan orangtuanya. Dia diantar ke tempat Siraman. Beberapa orang jalan di belakangnya dan membawa baki dengan kain batik, handuk, dan lain-lain. Dan ini akan digunakan setelah Siraman. Dia mendudukkan di kursi dan berdoa. Orang pertama yang menyiramkan air ke pengantin adalah ayah. Ibu boleh menyiramkan setalah ayah. Setelah mereka, orang lain boleh melakukan Siraman. Orang terakhir yang melakukan Siraman adalah Pemaes atau orang sepesial yang telah ditunjuk. Pengantin perempuan/laki-laki duduk dengan kedua tangan di atas dada dengan posisi berdoa. Mereka menyiramkan air ke tangannya dan membersihkan mulutnya tiga kali. Kemudian mereka menyiramkan air ke atas kepala, wajah, telinga, leher, tangan dan kaki juga sebanyak tiga kali. Pemaes menggunakan tradisionil shampoo dan conditioner. Setelah Kendi itu kosong, Pemaes atau orang yang ditunjuk memecahkan kendi ke lantai dan berkata: ‘Wis Pecah Pamore‘ – berarti dia itu tampan (menjadi cantik dan siap untuk menikah).
Upacara NGERIK:
Setelah Siraman, pengantin duduk di kamar pengantin. Pemaes mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menberi pewangi (ratus) di seluruh rambutnya. Dia mengikat rambut ke belakang dan mengeraskannya (gelung). Setelah itu Pemaes membersihkan wajahnya dan lehernya, dia siap untuk di dandani. Pemaes sangat behati-hati dalam merias pengantin. Dandanan itu tergantun dari bentuk perkawinan. Akhirnya, pengantin wanita memakai kebaya dan kain batik dengan motifSidomukti atau Sidoasih. Itu adalah simbol dari kemakmuran hidup.
Upacara Midodareni: Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu berasal dari kata Widodari yang berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan menjadi cantik sama seperti Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang dari kayangan.
Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam di temani dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung; semuanya harus wanita.
Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang terakhir kalinya. Mulai dari besok, suaminya yang akan bertanggung jawab.
Apa saja yang harus diletakan di kamar pengantin?
  • Satu set Kembar Mayang.
  • Dua kendi (diisi dengan bumbu, jamu, beras, kacang, dan lain-lain) di lapisi dengan kain Bango Tulak.
  • Dua kendi (diisi dengan air suci) di lapisi dengan daun dadap srep.
  • Ukub (baki dengan bermacam pewangi dari daun dan bunga) diletakan di bawah tempat tidur.
  • Suruh Ayu (daun betel).
  • Kacang Areca.
  • Tujuh macam kain dengan corak letrek.
Di tengah malam semua sajen di ambil dari kamar. Keluarga dan tamu dapat makan bersama. Di kamar lain, keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita bertemu dengan keluarga dari pengantin laki-laki.

UPACARA TRADISIONAL DI JAWA TIMUR

UPACARA TRADISIONAL DI JAWA TIMUR



UPACARA-UPACARA ADAT DI JAWA TIMUR
1.      UPACARA ADAT  KASADA, SUKU TENGGER
Bagi masyarakat Suku Tengger, Upacara adat adalah salah satu wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada tuhan.  Ada banyak upacara adat di masyarakat Tengger yang memiliku tujuan bermacam-macam diantaranya meminta berkah, menjauhkan malapetaka, wujud syukur atas karunia yang diberikan tuhan kepada masyarakat Tengger. Salah satunya adalah upacara adat Kasada.
Upacara ini adalah upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma anak Jaka Seger dan lara Anteng. Selain itu upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat tengger untuk meminta keselematan dan berkah. Upacara ini dilaksanakan padat tanggal 14 s.d. 16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit secara utuh setiap setahun sekali.
Pada saat upacara ini berlangsung masyarakat suku tengger berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan dan ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek. Pada saat sudah mencapai di kawah gunung Bromo, seluruh sesaji tersebut dilemparkan ke tempat tersebut. Adapun upacara ini merupakan jalan ujian bagi pulun mulenen atau dukun baru untuk disahkan sebagai dukun, jika dukun baru keliru dalam melaksanakan proses upacara Kasada maka dukun tersebut gagal menjadi dukun.
Upacara Kasada sebagai peringatan pengorbanan Raden Kusuma merupakan penghormatan kepada Raden Kusuma yang rela berkorban untuk keselamatan masyarakat tengger. Dalam legenda upacara Kasada di Gunung Bromo terdapat mahkluk halus yang tidak memiliki nama akan tetapi dipanggil Sang Yang Widi yang digambarkan sebagai asal-usulnya dari kerajaan Majapahit sebelum keturunan kerajaan Hindu-Budha di Jawa.  Ada perjanjian antara roh Dewa Kusuma dengan masyarakat Tengger yang harus memberi sesajian setiap tanggal 14 bulan Kasada.
Dalam upacara Kasada masyarakat Tengger terdapat beberapa tahapan upacara yang harus dilaksanakan agar upacara Kasada berlangsung dengan khidmat yaitu Puja purkawa, Manggala upacara, Ngulat umat, Tri sandiya, Muspa, Pembagian bija, Diksa widhi, Penyerahan sesaji di kawah Bromo.
Proses berjalannya upacara Kasada dimulai pada Sadya kala puja dan berakhir sampai Surya puja dimana seluruh masyarakat Tengger menuju Gunung Bromo untuk menyampaikan korban. Upacara Kasada dimulai dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Tepat pada pukul 24.00 diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan masyarakat di lautan pasir Gunung Bromo. Bagi masyarakat Tengger, dukun merupakan pemimpin dalam bidang keagamaan yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Pada saat ini sebelum dukun dilantik,  para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra. Setelah selesai upacara, ongkek yang berisi sesaji dikorbankan di Puden Cemara Lawang dan kawah Gunung Bromo. Seluruh ongkek tersebut dilemparkan ke dalam  kawah sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan nenek moyang mereka.
Upacara Kasada Masyarakat Tengger telah membawa manfaat bagi masyarakat tengger. Selain untuk meminta keselamatan, upacara ini mampu menyedot banyak perhatian seluruh kalangan masyarakat. Ada nilai politik dalam upacara Kasada ini dimana upacara Kasada merupakan upacara yang juga bertujuan untuk menancapkan kekuatan politik di daerah tersebut.

Upacara ini bertujuan untuk menjaga keselamatan para nelayan dari ganasnya ombak pantai selatan serta memohon berkah dengan cara mempersembahkan upeti kepada penguasa gaib sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat. Tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang silam, meskipun dulunya tidak sebesar sekarang in
Pada saat puncak acara yang disebut labuh atau larung, aneka sesaji berupa makanan lezat serta berbagai hidangan sakral lainnya diceburkan ke laut. Biasanya labuh ini dilaksanakan pada pertengahan bulan maulud.
Namun selama bulan maulud, pantai ini sudah dipenuhi ribuan pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Mereka mulai berdatangan ketika memasuki bulan maulud sampai akhir bulan maulud. Berbagai pertunjukan ditemukan dimana-mana disepanjang pantai selama sebulan siang dan malam. Beberapa sumber mengatakan upacara tradisional ini dibiayai oleh pemkab Malang dan juga para nelayan.
Pantai Ngliyep merupakan salah satu obyek wisata di kabupaten Malang bagian selatan, selain Pantai Balekambang yang berada di sebelah timur. Pada hari-hari biasa pantai Ngliyep yang indah namun menyimpan sejuta misteri ini selalu ada saja pengunjung yang datang. Pantai ini menjadi aset pariwisata kabupaten Malang.
3.      UPACARA TEDHAK SITEN
Upacara tedhak siten diadakan karena adanya kepercayaan sementara orang bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib, di- samping itu adanya kepercayaan bahwa tanah dijaga oleh Bethara Kala. Oleh karena itu si anak perlu dikenalkan kepa­da Bathara Kala sipenjaga tanah, melalui upacara yang disebut tedhak siten, agar Bathara Kala tidak marah. Sebab apabila Bathara Kala marah, akan menimbulkan suatu bencana bagi si- anak itu.
Upacara tedhak siten biasa.
Ada ketentuan hari untuk melaksanakan upacara tedhak siten ini biasanya disesuaikan dengan weton (hari lahir) si anak. Misalnya si anak itu lahir pada hari Sabtu Pahing, maka sela­matan itu juga harus diadakan pada hari Sabtu Pahing juga. Adapun sarana yang harus disediakan dalam upacara tedhak piten ini adalah :
Jembangan (bak mandi) yang diisi dengan air bunga se­taman. Sangkar ayam (kurungan : Jawa).
Benda-benda yang diletakkan dalam kurungan, dianta- ranya : padi, kapas, alat-alat tulis dan bokor yang berisi beras kuning Tikar yang masih baru sebagai alas kurungan. Tangga yang terbuat dari tebu.
Juadah (nasi ketan yang telah dilumatkan), juadah ini terdiri dari tujuh warna : merah/putih, hitam, biru, kuning, ungu dan merah jambu.
Sajian untuk kenduri yang terdiri dari nasi tumpeng panggang ayam dan lauk-pauknya kulupan. Disamping itu juga dilengkapi dengan jajan pasar, bubur merah, bubur putih dan bubur sengkolo.



 Jalannya Upacara
 Setelah segala sarana dalam upacara tersedia, maka pe­mimpin upacara (dhukun bayi) membimbing anak yang dise- lamati untuk menginjak-injak 7 macam juadah seperti tersebut di atas. Kemudian anak tersebut dibimbing untuk menaiki tangga kecil yang dibuat dari pohon tebu, yang mempunyai anak tangga 7 buah. Sesudah itu sianak dimasukkan ke dalam kurungan yang dialasi tikar dan di dalamnya telah disediakan padi, kapas, alat-alat tulis serta bokor yang berisi beras kuning dan uang logam.
Di dalam kurungan itu si anak disuruh meme­gang (memilih) salah satu barang-barang yang disediakan di dalam kurungan. Pada saat itu hadirin yang mengikuti jalan­nya upacara memperhatikan benda apa yang dipegang oleh anak itu, karena menurut kepercayaan benda yang dipegang anak itu melambangkan mata pencahariannya (nasib) si anak tersebut dikelak kemudian hari.
Misalnya saja bila si anak mengambil alat-alat tulis, maka menurut kepercayaan anak ter­sebut kelak akan menjadi anak yang cerdas. Tetapi apabila ia mengambil padi, atau kapas, si anak tersebut kelak akan men­jadi petani yang berhasil. Adakalanya di dalam kurungan itu juga diletakkan seekor ayam jantan (jago).
Ayam itu tidak boleh disembelih tetapi harus dipelihara. Kemudian uang dan beras kuning yang ditaruh di bokor itu, ditaburkan (disawurake : Jawa) dan diperebutkan oleh anak-anak kecil yang mengikuti upacara itu. Setelah itu anak dikeluarkan dari sangkar, kemudian dimandikan di dalam bak yang telah diisi air kembang setaman.
Selanjutnya si anak diberi pakaian serba baru dan perhiasan. Upacara selanjutnya ialah kenduri yang dipimpin oleh tukang kajat (moditi). Dengan adanya kenduri itu berakhirlah upacara tedhak siten. Dan sejak itu si anak sudah diperbolehkan bermain-main di tanah.
4.      UPACARA SEBLANG BANYUWANGI JAWA TIMUR
Ritual Seblang adalah salah satu ritual masyarakat Using yang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah, Kab.Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan desa Olehsari. Seblang atau Sebele ilang (sialnya hilang) Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram.
Penyelenggaraan tari adat Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olehsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.
Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya. Di desa Olehsari, penarinya harus gadis yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya harus wanita berusia 50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).
Tari Seblang ini sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, hingga sulit dilacak asal usul dimulainya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Seblang pertama yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi pelopor tari Gandrung wanita pertama (meninggal tahun 1973). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya (Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari Gandrung.

Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang.. Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (taksadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), Mulailah menari dengan gerakan monoton mata terpejam dan mengikuti irama gendhing yang di mainkan.

Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron. Sedangkan di desa Olehsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal. Dari segi busana, penari Seblang di Olehsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.
Menurut pengakuan penari seblang didesa olehsari selama menjadi penari, dia harus menari selama lima jam dalam kondisi tidak sadar. Memakai omprog, kemben dan sewek dia harus menari berkeliling pentas. Memasuki ritual tundik, dia melempar selendang ke arah penonton. Siapa yang menerima selendang itu, dia yang harus menari bersama di atas pentas. Konon katanya yang mendapat selendang itu berarti dia mendapakan keberuntungan.
Dia juga mengatakan saat sebelum memakai omprog, dirinya masih keadaan sadar. Namun, apabila sudah bau dupa dan memakai omprog dia terasa didatangi oleh seorang perempuan cantik. Memakai kemben berwarna hijau dan sewek serta memakai selendang yang dibalutkan ke pinggulnya. ’’Setelah itu, saya tidak ingat lagi. Pokoknya seperti orang jalan –jalan tapi tidak sampai - sampai,’’ katanya.
Setelah menari, juga merasa capek. Namun, hal itu tidak dia rasakan. Yang paling penting, menurutnya adalah agar desanya terbebas dari marabahaya

Ritual Seblang Olehsari
Suara angklung paglak terdengar sayup – sayup ditelingga masyarakat sekitar Desa Olehsari kecamatan Glagah. Suara angklung paglak yang berada di pinggir jalan raya Ijen itu merupakan tanda bahwa desa tersebut sedang punya gawe. Kalangan bapak – bapak dan pemuda desa, mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk pentas yang akan digunakan untuk penari seblang.
Nama upacara adat Seblang merupakan upacara bersih desa untuk menolak balak yang diwujudkan dengan mementaskan kesenian sakral yang disebut : “Seblang” yang berbau mistis.Seblang olehsari ditarikan oleh wanita muda selama tujuh hari berturut – turut. Penari menari dalam keadaan kesurupan (tidak sadar). Ia menari mengikuti gending usingan atau lagu–lagu sebanyak 28 dan dinyanyikan oleh beberapa sinden.
Pada penari Seblang di desa Olehsari, omprok (tutup kepala) biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok.

Sebelum Ritual Seblang dilaksanakan, pada malam hari sebelumnya, masyarakat desa itu menggelar selamatan yang dikuti oleh seluruh warga. Pelaksanaan Ritual Seblang dilaksanakan 7 hari setiap sore dan prosesinya sama, kecuali pada hari terakhir ada prosesi Seblang Ider bumi, keliling kampung.
Pada prosesi gending "Kembang Dermo", Seblang menjual bunga. Bunga itu ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri 3 kumtum bunga sehingga mudah untuk dibawa. Hampir semua masyarakat desa, para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga-bunga itu disimpan untuk ana-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu di rumah maupun di sawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat, balak penyakit maupun keberuntungan.
Prosesi berikutnya yang disebut "Tundikan", dimana Seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari bersama di atas pentas, yaitu dengan cara melemparkan selendang atau sampur kepada penonton.
Dalam keadaan kesurupan dan mata terpejam, penari seblang menunjuk ke arah penonton dimana penari melemparkan selendangnya dan mengenai seseorang penonton. Penonton berharap bisa mendapatkan Tundik ini dan menari bersama seblang, karena dipercaya ia akan mendapat keberuntungan.
Ritual Seblang Bakungan
Seblang bakungan tujuannya sama yaitu merupakan upacara penyucian desa. Upacara ini dilakukan satu malam, seminggu setelah hari raya Idul Adha. Tujuan dari upacara ini adalah menolak balak, yakni dengan mengadakan pertunjukan seblang di malam hari, setelah maghrib. Acara dibuka dengan parade oncor keliling desa (Ider bumi) yang diikuti oleh penduduk desa.
Seblang bakungan ditarikan oleh seorang wanita tua di depan sanggar Seni Bunga Bakung Kelurahan Bakungan Kec.Glagah. Setelah diberi mantra – mantra ia menari dalam keadaan tidak sadar mata terpejam,. Lagu –lagunya atau gending using ada 12 – di antaranya Seblang, Podo nonton, ugo-ugo, kembang Gading dan lainnya. yang menceritakan tentang kehidupan, karamahan, lingkungan hidup,dsb.
Sebelum melakukan upacara, warga Bakungan ziarah ke makam buyut Fitri yang merupakan tetua desa dengan membawa ubo rampe. Setelah ziarah, seluruh warga mulai menyiapkan prosesi seblang dengan menyiapkan sesaji mulai ketan sabrang, ketan wingko, tumpeng, kinangan, bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka dan pecut hingga kelapa sebagai lambang kejujuran.

Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam penari Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olehsari. Disamping ada unsur mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh sang penari seblang ini.
Kegiatan berakhir tengah malam setelah acara"Adol Kembang". Para penonton kemudian berebut berbagai bibit tanaman yang dipajang di panggung dan mengambil kiling (baling-baling) yang di pasang di sanggar. barang-barang yang diambil tersebut dapat di percaya dapat digunakan sebagai alat penolak balak.
5.      UPACARA KEBO-KEBOAN DI BANYU WANGI
Di Kota Banyuwangi terdapat sebuah suku yang memiliki kesenian unik, yaitu Suku Using yang memiliki kesenian Kebo-Keboan. Meski zaman kian beralih, namun setiap tahun masyarakat Banyuwangi berupaya keras mempertahankan kemurnian dan kesakralan kebudayaan mereka tersebut.
Munculnya ritual kebo-keboan berawal terjadinya musibah pagebluk. Kala itu, seluruh warga diserang penyakit dan tanaman diserang hama. Banyak warga kelaparan dan mati akibat penyakit misterius. Seorang sesepuh, bernama Mbah Karti mendapat wangsit dari semedinya di bukit untuk menggelar ritual kebo-keboan dan mengagungkan Dewi Sri.
Keajaiban muncul ketika warga menggelar ritual kebo-keboan. Warga yang sakit mendadak sembuh. Hama yang menyerang tanaman padi sirna. Sejak itu, ritual kebo-keboan dilestarikan. Mereka takut terkena musibah jika tidak melaksanakannya.
Warga yang merayakan ritual ini sama seperti merayakan hari raya. Para sesepuhlah yang menentukan tanggal perayaan, berdasarkan penghitunan kalender Jawa Kuno.
Sebelum upacara adat ini dimulai, warga membuat gerbang  yang dihias hasil bumi daerah mereka. Gerbang inilah yang akan dilewati kerbau jadi-jadian.
Tiap jalan kampung juga dihiasi berbagai tanaman,  sebagai simbol ungkapan syukur kepada penguasa alam. Selain itu mereka menyiapkan tumpeng dan juga menyediakan sesajen yang dimasak secara tradisional khas suku Using.
Menjelang siang hari, warga berkumpul di depan rumah masing-masing. Dipimpin sesepuh adat, warga berdoa menggunakan bahasa Using kuno. Usai berdoa, warga berebut menyantap tumpeng yang diyakini mampu memberikan berkah keselamatan.
Usai pesta tumpeng, ritual Kebo-Keboan ini diawali dengan visualisasi Dewi Sri ( Dewi Padi ) yang ditandu oleh beberapa pengawal dengan pakaian khas. Lalu ada puluhan laki-laki bertubuh kekar dengan dandanan dan bertingkah aneh seperti kerbau. Sekujur tubuh mereka dilumuri arang. Mereka memakai rambut palsu warna hitam beserta tanduk, tidak lupa lonceng kayu berwarna hitam yang tergantung di leher layaknya kerbau. Ada pula para petani yang membawa hasil panennya. Prosesi ini disebut sebagai ider bumi ( prosesi mengelilingi kampung dari hilir hingga ke hulu kampung ).
Sebelumnya, pawang kerbau memberikan tapung tawar agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada sikerbau jadi-jadian itu. Mereka juga sudah dimandikan dan sebenarnya tidak sadarkan diri karena kemasukkan makhluk gaib. Puluhan manusia kerbau diarak keliling kampung diiringi gamelan dan angklum sambil berjalan bergerombol. Layaknya kerbau, mereka berlari dikendalikan seorang petani. Bau kemenyan dan bunga merebak. Jalan yang dilalui arak-arakan sengaja dibanjiri air. Tujuannya, kerbau yang lewat bisa berkubang. Polah tingkah mereka pun berubah layaknya kerbau. Menyeruduk siapa saja yang ada di depannya. Penonton pun berlarian menghindari serudukan kerbau. Penonton
Perjalanan arak-arakan berakhir di pusat kampung. Di tempat ini, Dewi Sri turun dari kereta dan memberikan berkah (benih padi) kepada petani. Lagu pujian berkumandang mengagungkan kebesaran dewi kemakmuran ini. Selama ritual ini kerbau yang kesurupan berubah jinak. Mereka mendekat dan tunduk pada sosok Dewi Sri tersebut.
Kebo-keboan diakhiri dengan prosesi membajak sawah. Sepasang manusia kerbau menarik bajak, berkeliling di tengah sawah berlumpur yang siap ditanami. Lalu, benih biji padi disebar. Warga langsung berebut benih tersebut yang diyakini memberikan kesuburan. Sambil para penonton sibuk dan beramai-ramai mengambil bibit padi itu, para “kerbau” mengamuk dan terus menyeruduk.
6.      UPACARA ADAT NGURIT

Penduduk desa Sawoo dan Grogol sebagian besar menganut agama Islam. Namun demikian penduduk di kedua desa tersebut masih menjalankan upacara-upacara adat yang sebenarnya tidak termasuk dalam ajaran agama Islam. Penduduk di kedua desa tersebut semua percaya ada kekuatan gaib.
Hal ini tampak dalam beberapa upacara yang masih dilakukan hingga sekarang. Utamanya upacara yang berhubungan dengan pertanian,  Upacara-upacara tersebut dilaksakan, selain sebagai permohonan perlindungan, juga dimaksud sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila sawah telah dikerjakan maka benih segera ditabur (ngurit). Pada saat ini diadakan selamatan de­ngan sajian nasi golong & Jenang abang jenang sengkolo cok bakal, jeroan ayam (isi perut ayam).
Maksud selamatan tersebut agar benih yang ditabur dapat tumbuh subur. Setelah upacara ngurit. upacara selanjutnya ialah pada saat tandur (menanam). Pada saat ini diadakan sajian sederhana yang berwujud cok bakal yang diletakkan di petak sawah, dimana tandur dimulai.

7.     UPACARA ADAT PENGANTIN MALANG KEPRABON


Pengantin Malang Keprabon dengan segala tata cara upacaranya sangatlah unik dan memiliki nilai budaya tinggi. Berdasarkan penelitian dari peninggalan candi-candi Jawa Timur dan seputar kota Malang, seperti candi Jago Tumpang, candi Badut peninggalan Raja Gajayana dan candi Singosari tata rias dan upacara pengantin Malang Keprabon berorientasi pada kebudayaan Hindu-Jawa.
Namun pada perkembangannya, di masa kini prosesi pernikahan tersebut diwarnai pula oleh ajaran Islam. Berikut beberapa tahapan yang harus dilalui dalam upacara pengantin Malang Keprabon.

1. Mlapati

Mlapati adalah mencari calon jodoh untuk sang putra. Pada zaman lampau, pada tahap ngetepiini, biasanya dilakukan pada saat sedang berlangsung suatu perayaan atau upacara adat Keraton. Misalnya acara mantu, ulang tahun penobatan Raja dan sebagainya. Biasanya para putra putri turut serta menghadirinya.
Apabila suatu saat telah menemukan gadis yang dirasa cocok untuk dijodohkan dengan sang putra, maka segera dilakukan penelitian melalui utusan untuk mengetahui asal-usul dan data lengkap dari sang gadis tersebut. Bila sudah cocok, maka segera dilakukan acara nontoni.

2. Ngetukake Balung Pisah  

Ngetukake Baluh Pisah adalah menyaksikan dari dekat calon mempelai yang telah di temukan sebagai calon jodoh sang putra. Apabila dalam acara ini telah mendapat kesepakatan dari keluarga calon mempelai pria, maka segera dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni melamar, terkecuali kalau hal ini suatu 'anugerah' atau 'triman' dari Raja, haruslah di terima dengan senang hati.

3. Melamar

Melamar, mengajukan permohonan secara tertulis, disebut 'surat lamaran' yang dibuat oleh pihak calon mempelai pria yang ditujukan kepada pihak calon mempelai wanita melalui suatu utusan. Yang diutus atau yang melaksanakan ialah saudara yang lebih tua dari ayah atau ibu.
Kalau dikabulkan, maka segera diadakan pembicaraan mengenai penentuan harinya.
Sebagai tanda menerima, keluarga calon mempelai wanita mengadakan kunjungan balasan sekaligus menyampaikan bahwa lamaran tersebut diterima.

4. Peningsetan

Menindak lanjuti acara melamar sebagai tanda pinangankeluarga calon mempelai pria datang dengan membawa barang hantaran dan menyerahkan barang-barang tertentu sebagai tanda meminang.
Arak-arakan ini disaksikan oleh kedua belah pihak beserta keluarga dan kerabat handai taulan. Maka resmilah acara peningsetan sebagai tanda ikatan bahwa sang putri sudah ada yang meminang.

5. Penentuan Hari

Kedua belah pihak menentukan hari baik untuk pernikahan putra-putri. Dalam mencari penentuan hari sangat diutamakan, karena mengharap kesejahteraan dan keselamatan bagi kedua calon mempelai. Dalam mencari hari baik, menghindari hari tali wangke dan hari sampar wangke (hari naas).

6. Pasang Terob

Terob, didirikan 7 hari  sebelumnya atau menurut hari baik. Bahannya terbuat dari daun nipah (daun kelapa yang dianyam untuk atap) dan bambu untuk tiang-tiangnya. Kalau terob sudah jadi sekitar atap. diberi hiasan berupa janur. Setelah terp jadi, pada kanan kiri pintu masuk dipasangtuwuhan yang terdiri dari:
  • Sebelah kanan: satu batang pisang raja yang masih lengkap dengan satu tandan beserta jantungnya, satu tandan beserta jantungnya, satu jenjang cangkir gading, tebu wulung, daun kluwih,daun alng-alang, daun beringin, daun apo-apo, untaian padi, dan untaian jagung.
  • Sebelah kiri: satu batang pisang gajih yang masih lengkap dengan satu tandan beserta jantungnya, satu janjang kelapa hijau, tebu eulung, daun kluwih, daun alng-alang, daun bringin, daun apo-apo, untaian padi, dan dan untaian jagung.
  • Makna hiasannya: Pisang raja, supaya hidup kelak berbahagia seperti raja. Pisang gajih, supaya hidup bisa berhasil. Cengkir, kenceng ing pikir (tegas dalam memikirkan sesuatu). Kelapa hijau, lambang kesembuhan, karena airnya dapat digunakan sebagai obat penawar. Tebu, anteping kalbu(ketetapan hati). Padi dan jagung: makanan pokok. Daun kluwih, linuwih(serba tahu atau serba lebih). Daun alang-alang tanpa halangan. Daun apo-apo, tidak ada apa-apa. Janur, cahaya, supaya calon pengantin mempunyai cahaya yang mempesona. Beringin, lambang pengayoman.

7. Pingitan

Lebih kurang 7 hari sebelum akad nikah, calon pengantin wanita dipingit di dalam keputren, dan tidak diperkenankan berhias atau memakai perhiasan. Hari pingitan ini dilambangkan sebagai hari puasa. Sebaiknya calon pengantin memakai lulur agar nanti bila saatnya tiba, wajahnya akan bercahaya atau terlihat manglingi.
Lebih baik lagi kalau calon pengantin wanita mau berpuasa. Karena hikmah puasa dapat menahan diri atau bersabar, supaya tidak mudah tergoda atau cobaan-cobaan, dan untuk mendapatkan ridho Allah Swt, agar hidup bahagia sampai nanti.

8. Siraman

Upacara siraman dilaksanakan sehari sebelum hari nikah. Maksudnya, untuk mensucikan salon pengantin, baik jasmani maupun rohani. Waktu siraman dilakukan antara pukul 11.00 yang memandikan adalah para pini sepuh yang masih genap (suami istri) dan sejahtera hidupnya, didahului oleh Bapak dan Ibu pengantin.
Maksudnya , agar dapat mewariskan kebahagiaan kepada calon pengantin. Yang memandikan berjumlah ganjil, dan yang terakhir juru rias mengguyur dengan air kendi, lalu kendi tersebut dipecahkan. Setelah upacara siraman selesai, dilanjutkan dengan meratus rambut.

9. Meratus Rambut

Maksud dari meratus rambut ialah mengeringkan rambut dan memberi aroma harum pada rambut. Yang meratus rambut juru rias selama kurang lebih dari 15 menit.

10. Ngetepi atau Ngerik

Ngetepi atau ngerik, menghilangkan bulu kuduk (bulu kalong) dan menghilangkan bulu-bulu pada wajah yang masih melekat, supaya bersih (terhindar dari gangguan/ menghilangkan suker)

11. Manggulan

Manggulan merupakan malam tirakatan dan malam terakhir bagi calon pengantin putri sebagai gadis perawan. Calon pengantin dirias sederhana dan memakai sanggul. Calon pengantin duduk didalam kamar ditemani sanak keluarga dan para pinisepuh untuk memberi doa restu agar pelaksanaan ijab atau nikah dan tamu pengantin tidak ada aral melintang. Pakaian yang dikenakan adalah kain panjang gringsing kebaya berenda malangan.
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.
8.      UPACARA TINGKEBAN
 Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
A. Tata Cara Pelaksanaan upacara Tingkepan :
1Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin.Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2. Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan.
3. Berganti Nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan sudah “pantas apa belum”, sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas.”
Sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana di jawab “pantes.”

Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif yang paling sederhana sebagai berikut :
a. Sidoluhur               e. Udan Riris
b. Sidomukti               f. Sido Asih
c. Truntum                 g. Lasem as the bottom
d. Wahyu Tumurun     h. Dringin as the top
Kronologis Upacara Tingkepan
1. Waktu Pelaksanaan
Antara pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 Calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih.
Kira-kira pukul 15.00-16.00, upacara tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam-jam itulah bidadari turun mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul 14.30 WIB
2. Hari Pelaksanaan
Biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal jawa, menurut kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan menjadi anak yang cerdas.
3. Pelaksana yang menyirami/memandikan
Para Ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara dipimpin oleh ibu yang sudah berpengalaman.
4.Perlengkapan yang diperlukan :
Satu meja yang ditutup dengan kain putih bersih, Di atasnya ditutup lagi dengan bangun tolak, kain sindur, kain lurik, Yuyu sekandang, mayang mekak atau letrek, daun dadap srep, daun kluwih, daun alang-alang. Bahan bahan tersebut untuk lambaran waktu siraman.
5. Perlengkapan lainnya
Bokor di isi air tujuh mata air, dan kembang setaman untuk siraman.
Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (Ciduk)
Boreh untuk mengosok badan penganti sabun.
Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir.
Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman
Dua setengah meter kain mori dipergunakan setelah selesai siraman.
Sebutir telur ayam kampung dibungkus plastik.
Dua cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi Wara Sembodro.
Busana Nyamping aneka ragam, dua meter lawe atau janur kuning
Baju dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen diatur rapi.
Perlengkapan Kejawen kakung dengan satu pasang kain truntum. Calon ayah dan ibu berpakain komplet kejawen, calon ibu dengan rambut terurai dan tanpa perhiasan. 
    6.  Selamatan/ Sesaji Tingkepan
1. Tumpeng Robyong dengan kuluban, telur ayam rebus, ikan asin yang digoreng.
2. Peyon atau pleret adonan kue/nogosari diberi warna-warni dibungkus plastik, kemudian dikukus.
3. Satu Pasang Ayam bekakah (Ingkung panggang)
4. Ketupat Lepet (Ketupat dibelah diisi bumbu)
5. Bermacam-buah-buahan
6. Jajan Pasar dan Pala Pendem (Ubi-ubian)
7. Arang-arang kembang satu gelas ketan hitam goring sangan
8. Bubur Putih satu piring
9. Bubur Merah satu Piring
10. Bubur Sengkala satu piring
11. Bubur Procot/ Ketan Procot, ketan dikaru santan, setelah masak dibungkus dengan daun/janur kuning yang memanjang tidak boleh dipotong atau dibiting.
12. Nasi Kuning ditaburi telur dadar, ikan teri goring, ayam,rempah
13. Dawet Ayu (cendol, santan dengan gula jawa)
14. Rujak Manis terdiri dari tujuh macam buah.
Perlengkapan selamatan Tingkepan diatas, dibacakan doa untuk keselamatan seluruh keluarga. Kemudian dinikmati bersama tamu undangan dengan minum dawet ayu, sebagai penutup. 
9.      UPACARA UNDUR-UNDUR
Masyarakat desa Sawoo dan Grogol hampir seluruhnya petani, dan sebagian besar menganut agama Islam. Namun mereka menganggap upacara adat yang berhubungan dengan pertanian merupakan suatu peristiwa yang sangat penting.
Mereka percaya jika lalai dalam melaksanakan hal tersebut, Akan tertimpa musibah, dalam mengolah pertaniannya. Sehingga mengakibatkan gagal panen.
Jenis upacara yang berkaitan dengan pertanian tersebut yang hingga sekarang masih dilaksanakan dan dipercaya, salah satunya adalah upacara Upacara Adat Undur – undur.
Setelah padi yang ditanam sudah mencapai umur satu bulan, para petani wajib untuk melaksanakan upa­cara undur-undur. Pada upacara adat undur-undur ini,  sesajian yang perlu disediakan adalah jenang sungsum.
Maksud diadakannya upacara undur-undur ini agar tanaman padi para petani tersebut tumbuh subur dan tidak diserang hama
10.  UPACARA UNAN-UNAN
Masyarakat suku Tengger yang mendiami kawasan Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur memiliki tradisi unik untuk mengusir makhluk halus sekaligus untuk menyelamatkan desa mereka dari malapetaka.
Ritual yang digelar setiap 5 tahun sekali ini dikenal dengan ritual Unan - Unan yang berarti penyempurnaan kekurangan atau perbuatan yang telah merugikan kehidupan.
Ritual Unan - Unan diawali dengan mengarak sesaji berupa kepala kerbau dari Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo menuju sanggar pemujaan ditempat pendiri desa (punden). Seluruh tokoh agama, tokoh desa dan warga suku Tengger berpakaian adat ikut serta dalam arak - arakan dengan diiringi gamelan Jawa dan tarian Reog.
Doa - doa dan mantra dibacakan sepanjang perjalanan menuju sanggar pemujaan. Cara ini dilakukan agar seluruh makhluk halus tidak mengganggu sepanjang ritual berlangsung. Setibanya disanggar pemujaan dukun dan para tokoh adat mengambil tempat untuk melakukan sembahyangan dan memantrai air suci.
Air suci itulah yang kemudian ditabur kepada seluruh peserta upacara adat, sebagai simbol pengusiran kesilauan hidup.
"Tradisi ini dilakukan untuk meminta keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya serta minta diberikan rejeki didalam melakukan aktifitas pertanian, khususnya di desa Tengger, Desa Ngadisari ini untuk kedepannya" ujar Supoyo, Kepala Desa Ngadisari.
Bagi warga suku Tengger, ritual Unan - Unan ini sangat penting karena menyangkut keselamatan jiwa bumi dan seluruh makhluk di bumi ini. Mereka berharap setelah ritual Unan - Unan akan terwujud kehidupan yang lebih baik.
Selain untuk membersihkan desa dari gangguan makhluk halus, ritual Unan - Unan juga bertujuan menyempurnakan para arwah yang belum sempurna untuk kembali ke alam asalnya.
Ritual ini juga menandai penggantian kalender bagi suku Tengger di Gunung Bromo. Unan - Unan berasal dari kata tuna (rugi). Dengan ritual Unan - Unan ini diharapkan kekurangan - kekurangan selama tahun - tahun sebelumnya bisa disempurnakan. Ritual Unan - Unan biasanya dilaksanakan serentak di lima desa disekitar lereng Bromo, yaitu Desa Ngadisari, Jetak, Wonokriti, Wonokerso dan Sukapura.